BOLEHKAH ADA PASAR DI BAHU JALAN??

        


         Hallo teman-teman, kali ini kami akan membahas tentang pasar yang ada di Kendung Kandang. Karena kami merasa ada sesuatu yang harus kami diskusikan dengan readers. Nah, langsung aja ya..

Mengapa pasar ini dinamakan pasar Telon Kedung Kandang? Telon sendiri merupakan bahasa jawa, jika diartikan ke bahasa indonesia merupakan pertigaan, karena pasar ini berada di dekat pertigaan Kedung Kandang.

Pasar ini mulai beroperasi mulai pukul 02.00 WIB, pedagang-pedagang mulai menyiapkan lapaknya. Para pembeli berdatangan entah berjalan kaki, menggunakan angkutan umum, maupun membawa kendaraan bermotor roda dua. Yang menarik disini karena para pedagang yang berjualan berjajar sepanjang jalan maka para pembeli dapat langsung membawa motornya berhenti didepan lapak, bahkan tidak turun dari motor. Bukankah pasar ini sudah menggunakan sistem DriveThru? Modern bukan? Lalu apa masalahnya? Justru karena banyak pembeli menggunakan kendaraan bermotor yang berhenti didepan lapak lah yang membuat kesan pasar ini semrawut atau tidak teratur. Namun tidak sedikit juga pembeli yang memilih memarkirkan kendaraannya sebelum berkeliling untuk berbelanja. Namun tentu saja lagi-lagi pasar ini tidak memiliki lahan parkir yang memadai. Para pembeli memilih memarkirkan kendaraan mereka di pinggir jalan. Lapak para pedagang dan para pembeli yang berlalu lalang dijalan menimbulkan kemacetan, karena kendaraan yang melewati jalan tersebut bukan hanya kendaraan roda dua melainkan juga angkutan umum, mobil pribadi, truck pengangkut yang besar dan beberapa bus. Nah disinilah pasar mulai benar-benar bising. Lalu bagaimana untuk mengatasinya? Untuk mengatasi masalah seperti ini  dapat dilakukan relokasi. Pedagang yang sebelumnya berjualan diluar dipindahkan ke pasar yang berada di dalam. Dan untuk membuat akses yang lebih mudah dapat dilakukan pelebaran gang atau akses menuju pasar dan disediakan lahan parkir yang  memadai, sehingga disini para pembeli tidak merasa malas memasuki pasar dan para penjual tidak kehilangan pelanggannya.

Sebenarnya pasar ini memiliki bangunan eksisting yang sedikit memasuki gang, namun para pedagang memilih berjualan di pinggir jalan karena menurut mereka aksesnya lebih mudah untuk para pembeli. Dan beberapa pembeli pun setuju jika mereka lebih merasa mudah berbelanja dipinggir jalan. Sehingga bangunan eksisting pasar ini pun juga sepi dari penjual apalagi pembeli, hanya ada beberapa pedagang makanan kecil dan satu lapak penjnual pakaian. Untuk berdagang di pasar ini tentunya dikenakan pajak, sebesar Rp. 2000,- yang menurut para pedagang masih terjangkau. Lapak para pedangang sendiri terbuaat dari meja bambu yang dapat diangkat dan dipindah-pindahkan, sehingga setelah mereka selesai berjualan meja dapat di pinggirkan. Tentu saja jika kita berbicara masalah pasar maka tak akan lepas dari sampah, lapak-lapak yang berada dipinggir jalan tentu saja mengakibatkan sampah yang berserakan. Namun, dipasar ini setiap pedagang telah menyediakan sapu masing-masing, jadi setelah mereka selesai berdagang mereka membersihkan sampah mereka dan mengumpulkannya jadi satu untuk selanjutnya diangkut oleh petugas kebersihan. Pasar Telon Kedungkandang ini juga dilewati oleh sungai, untungnya para pedagang memiliki kesadaran akan kebersihan yang cukup sehingga mereka tidak membuang sampah sembarangan disungai. Selain itu juga didapati pagar tinggi di sekitar jembatan sehingga tidak ada orang yang dapat melempar sampah ke sungai.


Ditulis Oleh : Mahasiswa PWK ITN Malang

Komentar

Postingan Populer